Minggu, 21 Desember 2014

Pola Makan & Cara Hidup Yang Baik Mencegah Penyakit Alzheimer

Pola Makan & Cara Hidup Yang Baik Mencegah Penyakit Alzheimer

Di Amerika Serikat, penyakit Alzheimer menyerang hampir 50% penduduk berusia 85 tahun atau lebih. Diprediksikan penyakit Alzheimer ini akan meningkat tiga kali lipat dalam 40 tahun ke depan. Secara umum di dunia dikatakan penyakit Alzheimer akan menyerang 100 juta orang pada tahun 2050.
 
Pada saat ini belum terdapat terapi yang sangat efektif untuk mengobati penyakit Alzheimer ini, oleh karena itu penelitian ditujukan lebih mengarah ke arah pencegahan terjadinya penyakit ini. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pola makan yang baik dan olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko sebesar 50%. Meskipun belum terdapat penelitian yang sangat kuat untuk menentukan pola makan yang benar untuk pencegahan Alzheimer ini, akan tetapi beberapa hipotesis menyebutkan pola makan yang baik terhadap jantung juga memiliki keuntungan terhadap otak, sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit Alzheimer ini.

Pada sebuah the International Conference on Nutrition and the Brain disebutkan terdapat 7 pola makan yang dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer, sebagai berikut:
1. Menurunkan asupan lemak jenuh dan lemak trans. Lemak jenuh umumnya ditemukan pada daging dan beberapa jenis minyak seperti, minyak kelapa dan palm. Lemak trans umumnya ditemukan pada cemilan kue-kue dan makanan di goreng/deep-fried.
2. Sayur-sayuran, legumes (beans, peas, dan lentil), buah-buahan, dan whole-grains harus menjadi makanan utama.
3. 1 ons dari kacang-kacangan atau biji-bijian per hari dapat memberikan sumber yang sehat dari vitamin E.
4. Sumber vitamin B12 dari makanan olahan atau suplemen untuk memenuhi AKG (angka kebutuhan harian = 2,4 mcg per hari) harus menjadi bagian dari pola makan harian.
5. Ketika memilih suplemen multivitamin, pilih yang tidak mengandung iron atau copper. Hanya berikan suplemen yang mengandung iron jika disarankan oleh dokter.
6. Sementara peranan aluminum terhadap penyakit Alzheimer masih dalam penelitian, perlu diperhatikan untuk menghindari penggunaan alat masak, antasida, baking powder dan produk lain yang dapat mengkontribusikan asupan aluminum harian.
7. Olahraga secara teratur, kurang lebih yang sama dengan berjalan 40 menit 3 kali seminggu.

Lemak jenuh dan lemak trans
Selain daripada mengurangi risiko penyakit jantung dan obesitas, menghindari asupan makanan dengan kandungan tinggi lemak jenuh dan lemak trans juga dapat menurunkan risiko dari penyakit Alzheimer. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Chicago Health and Aging Project yang mengikuti kelompok individu yang mengkonsumsi banyak lemak jenuh (25 gram per hari) memiliki risiko 2-3 kali terjadi penyakit Alzheimer’s jika dibandingkan dengan kelompok individu yang mengkonsumsi lemak jenuh dengan jumlah yang lebih sedikit (±12,5 gram per hari).

Mekanisme jenis lemak tertentu dapat berpengaruh terhadap otak masih dalam tahap penelitian sampai dengan saat ini. Akan tetapi, beberapa hasil penelitian menemukan konsumsi makanan tinggi lemak dan/atau peningkatan kadar kolesterol di dalam darah dapat menyebabkan produksi dari plak beta-amyloid di otak, yang dimana merupakan awal dari terjadinya penyakit Alzheimer’s. Selain daripada itu, makanan yang sama ini juga meningkatkan risiko obesitas dan penyakit diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang merupakan faktor risiko yang umum untuk penyakit Alzheimer’s.

Dalam sebuah studi besar dari Kaiser Permanente menunjukkan individu dengan kadar kolesterol total >250 mg/dL pada usia sekitar 40-50an memiliki risiko 50% terjadi penyakit Alzheimer pada 3 dekade ke depan, jika dibandingkan dengan individu dengan kadar kolesterol <200 mg/dL. Ditemukan juga sebuah gene APOEe4 yang memiliki hubungan kuat dengan penyakit Alzheimer’s menghasilkan protein yang memiliki peranan penting dalam transpor kolesterol. Pada individu yang memiliki gene APOEe4 dapat mengabsorpsi kolesterol lebih mudah dari saluran cerna jika dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki gene ini.

Vitamin
Vitamin B komplek
Sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan dan whole-grain memiliki kadar lemak jenuh dan lemak trans yang sedikit atau hampir tidak ada, selain daripada itu juga tinggi akan vitamin, seperti asam folat dan vitamin B6, yan memiliki peranan protektif untuk kesehatan otak. Pola makan yang menitikberatkan asupan makanan-makanan ini dikaitkan dengan penurunan risiko terjadinya permasalahan berat badan dan DM tipe 2, serta menurunkan risiko terjadinya gangguan kognitif.

Studi terhadap pola makan Mediterranean dan pola makan tinggi sayuran menunjukkan penurunan risiko permasalahan kognitif jika dibandingkan dengan pola makan lainnya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Chicago Health and Aging Project terhadap individu dengan usia 65 tahun dan lebih menunjukkan asupan buah-buahan dan sayuran yang tinggi dikaitkan dengan menurunan risiko penurunan fungsi kognitif.

3 vitamin B utama yang memiliki peran terhadap fungsi kognitif adalah asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12. Ketiga vitamin B kompleks ini bekerja sama untuk menurunkan kadar homocysteine, yang dimana merupakan golongan asam amino yang berhubungan dengan gangguan kognitif. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Oxford University menunjukkan pada pasien lanjut usia dengan peningkatan kadar homocysteine dan gangguan ingatan, pemberian 3 vitamin B kompleks ini memperbaiki ingatan dan menurunkan atrofi otak.

Kebutuhan harian dari asam folat pada dewasa umum adalah 400 mcg per hari atau sama dengan semangkuk penuh dengan salad hijau yang ditambahkan dengan kacang-kacangan, asparagus, alpukat dan jeruk. Untuk kebutuhan harian dari vitamin B6 pada dewasa sampai dengan usia 50 tahun adalah 1,3 mg per hari dan untuk dewasa diatas 50 tahun adalah 1,5 mg per hari untuk wanita dan 1,7 mg per hari untuk pria. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi setengah mangkuk dari beras merah untuk mencukupi kebutuhan harian ini. Sumber vitamin B6 lainnya adalah sayuran hijau, whole-grain, pisang, kacang-kacangan, dan ubi.

Sedangkan untuk vitamin B12, kebutuhannya dapat dicukupi dalam bentuk suplemen atau makanan olahan seperti susu atau cereal. Kebutuhan harian dari vitamin B12 adalah 2,4 mcg per hari. Meskipun daging dan produk dairy mengandung vitamin B12, akan tetapi absorbsi dari sumber ini terbatas pada individu lanjut usia, penurunan asam lambung, dan individu yang sedang dalam pengobatan, seperti metformin dan acid-blocker. Oleh karena itu, rekomendasi di US adalah untuk individu diatas 50 tahun direkomendasikan untuk mengambil asupan suplemen vitamin B12 dan untuk individu dengan gangguan absorbsi atau individu dengan pola makan vegetarian direkomendasikan untuk memakan suplemen vitamin B12 untuk segala golongan usia.

Vitamin E
Vitamin E merupakan jenis antioksidan yang dapat ditemui dari berbagai jenis makanan, khususnya kacang-kacangan dan biji-bijian dan dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer’s. Segenggam tangan yang berisi kacang-kacangan atau biji-bijian mengandung ±5 mg vitamin E. Makanan sehat lainnya yang mengandung vitamin E, adalah mangga, pepaya, alpukat, tomat, paprika, dan bayam.

Mineral
Besi dan copper
Besi dan copper memiliki manfaat untuk kesehatan, akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan kelebihan asupan dari besi dan copper dapat berdampak pada gangguan kognitif. Kebanyakan individu dapat memenuhi kebutuhan mineral ini dari asupan makanan harian dan tidak membutuhkan suplemen tambahan. Dalam memilih suplemen multivitamin, perlu diperhatikan kandungan mineral yang mungkin terkandung, direkomendasikan memilih produk multivitamin yang tidak mengandung mineral. Suplemen tambahan mineral hanya diberikan menurut anjuran dokter. Kebutuhan harian besi untuk wanita diatas 50 tahun dan pria segala usia adalah 8 mg dan untuk wanita usia 19-50 tahun adalah 18 mg. Kebutuhan copper harian untuk pria dan wanita adalah 0,9 mg.

Aluminum
Peranan aluminum dalam penyakit Alzheimer’s masih kontroversial. Beberapa penelitian telah memberikan perhatian terhadap peranan aluminum, yang dimana disebutkan memiliki efek neurotoksik jika terdapat di dalam tubuh dalam jumlah diatas kebutuhan, serta aluminum juga terdapat pada pasien dengan penyakit Alzheimer’s. Penelitian di UK dan di Perancis menunjukkan peningkatan angka kejadian Alzheimer pada area dengan air keran yang mengandung kadar aluminum yang lebih tinggi. Meskipun dari keterbatasan penelitian akan hubungan aluminum dan penyakit Alzheimer’s pada saat ini, akan tetapi direkomendasikan untuk menghindari asupan aluminum berlebihan. Aluminum dapat terkandung di dalam baking powder, antasida, dan beberapa produk makanan.

Pola hidup aktif
Selain daripada pola makan sehat dan menghindari dari asupan metal yang berbahaya, direkomendasikan juga untuk melakukan olahraga paling sedikit 120 menit seminggu. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Annals of Internal Medicine menemukan bahwa kelompok individu yang berolahraga pada usia 40an memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terjadi gangguan ingatan, seperti dementia setelah usia 65 tahun jika dibandingkan dengan kelompok individu yang tidak berolahraga. Penelitian yang sama juga didukung oleh penelitian yang dilakukan di New York pada individu yang berolahraga dan dengan pola makan sehat memiliki penurunan risiko terjadinya Alzheimer’s sebesar 60%.

Kesimpulan: Terapi pengobatan untuk penyakit Alzheimer’s yang efektif dan memuaskan pada saat ini belum tersedia, akan tetapi beberapa penelitian menujukkan dengan perubahan pola makan yang sehat dan berolahraga yang teratur dapat membantu menurunkan risiko penyakit Alzheimer’s, selain daripada itu juga menurunkan risiko terjadinya obesitas dan DM tipe 2 yang merupakan salah 1 faktor risiko utama pada penyakit Alzheimer’s.(MAJ)

Untuk info lebih jelasnya lagi bisa Klik Di Sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar